Halaman

Jumat, 12 Februari 2010

Topeng Benjang

Topeng benjang, seperti halnya badawang atau bangbarongan, merupakan bagian atau pelengkap dari kesenian lain. Pertunjukan topeng benjang disajikan sebagai hiburan setelah para penonton melihat atraksi benjang dalam suatu pertunjukan yang menegangkan.

Sejak tahun 1952, pertunjukan benjang selalu diselingi topeng benjang. Dengan demikian, perkembangan topeng benjang pun bersamaan dengan perkembangan benjang.

Topeng benjang boleh dikatakan merupakan seni pertunjukan khas Ujung berung, Kabupaten Bandung. Kesenian ini memang tidak terdapat di daerah lain baik Tatar Sunda mau pun di luar Tatar Sunda.

Waditra yang dipergunakan dalam kesenian topeng benjang terdiri dari : 4 buah terebang yaitu kempring, tepas, indung(I) dan bungbung, 1buah kendang, kecrek, 1 buah kulanter, 1 buah terompet dan 1 buah bedug.

Jalan pertunjukan topeng benjang adalah sebagai berikut; Sejak pukul 04.30 anak yang akan disunat dibawa ke tempat mandi untuk upacara mandi kembang; pada pukul 07.00 hingga pukul 15.00 si anak khitan dibawa berkeliling kampung. Selain merupakan hiburan bagi si anak, berkeliling kampung juga dipergunakan sebagai pemberitahuan bahwa di daerah tersebut akan diakan selamatan khitanan. Setelah para tetangga mengetahuinya, maka berdatanganlah mereka. Kejadiannya ini lajim disebut nyambungan (memberi sumbangan). Sumbangan bisa berupa uang, tetapi ada juga yang membawa makanan berupa kue-kue, pisang, rengginang dan lain sebagainya. Dalam acara helaran atau arak-arakan ini disertakan kesenian topeng benjang. Namun, para pemain topeng benjang hanya diikutsertakan sebagai pelengkap saja, tidak mempertunjukan atraksi apa-apa.

Pada pukul 15.00 hingga pukul 17.00 hari itu juga, dipertunjukan permainan benjang (baca bahasan tentang benjang). Dan disinilah topeng benjang mempertunjukan atraksinya. Para pemain topeng benjang melawak (ngabodor). Mereka memperagakan gerakan benjang seperti seredan, dogong atau dodombaan, tetapi diperagakan secara bodor (lawakan). Karena lucunya, para penonton tertawa dan bersorak-sorai. Topeng benjang pernah pernah ditampilkan secara terpisah dari pertunjukan benjang. Bahkan, sempat dibawa sebagai utusan Jawa Barat dalam acara Festival Kesenian Tradisional di Jakarta.

(Sumber: Buku Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat 2006).

Kamis, 11 Februari 2010

Angklung Badeng


Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikalitasnya dengan angklung sebagai alat musik yang utama. badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu badeng berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah islam. Tetapi, diduga badeng telah digunakan masayarakat sejak masa sebelum islam dalam upacara-upacara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi.

Sebagai seni untuk media dakwah, badeng dipercaya berkembang pesat sejak islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau 17. Pada masa itu, dua orang warga Sanding, Arpaen dan Nursaen, belajar agama Islam ke kesultanan Demak. Sepulangnnya dari Demak, mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Isalam yang digunakan adalah seni badeng.

Angklung yang digunakan dalam perangkat badeng jumlahnya 9 buah, yaitu 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2 angklung anak, 2 buah dogdog, 2 buah terebang atau gemyung, serta 1 kecrek. Teks lagunya menggunakan bahasa Sunda bercampur bahasa Arab. Dalam perkembangan selanjutnya seperti sekarang, digunakan juga bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islam dan nasihat, serta pertunjukannya disesuaikan dengan keperluan acara.

Selain menyajikan lagu-lagu, pertunjukan badeng menyajikan pula atraksi kekebalan tubuh hampir seperti debus. Lagu-lagu badeng diantaranya : Lailahailelloh, Ya'ti, Kasreng, Yautike, Lilimbungan dan Solalloh.

(Sumber : Buku Khazanah Seni Pertunjukan Jawa Barat yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat)
(Foto : arsip foto Yayasan Kebudayaan Jaya Loka)